Rabu, 25 Maret 2015
Nama : Rahmi Agustina
NIM : 1202045143
Mata Kuliah : Ekonomi Bisnis Internasional
Mengapa Kosmetik Lokal Kalah Populer Dibandingkan Kosmetik Dari Mancanegara
Sekarang beberapa masyarakat Indonesia sudah mulai meragukan dan bahkan kurang tertarik dengan produk Indonesia, mengapa hal tersebut dapat terjadi terutama di bidang industri kosmetik?
Hal tersebut dapat terjadi karena industri kosmetik Indonesia kurang peka terhadap keinginan pasar yang sangat berpengaruh. Dimana dalam hal ini dapat dikaitkan dalam ekonomi bisnis internasional tentang bagaimana cara produk kosmetik lokal bersaing dengan produk kosmetik internasional dalam merebut hati para konsumen di Indonesia.
Secara kasat mata kita dapat melihat bahwa, popularitas dan keuntungan terbesar diraih oleh merk mancanegara walaupun produk tersebut memiliki nilai jual yang tinggi. Hal itu menurut saya sangat wajar dengan kualitas yang diberikan oleh produk kosmetik mancanegara yang terhitung sangat baik. Kosmetik lokal pun juga mendominasi volume penjualan, namun sangat sulit dikatakan apakah mereka memperoleh margin keuntungan besar.
Untuk divisi riset dan produk saja, group Sariayu sudah didahului oleh produk L’oreal yang baru tahun lalu meresmikan pabrik kosmetik dan skincare terbesar di kawasan Asia Tenggara. Berikut ini beberapa alasan mengapa produk lokal belum sukses dalam bersaing dengan produk internasional menurut ekonomi bisnis internasional dalam melakukan teknik menarik para konsumen.
Pertama produk lokal jarang melakukan promosi atau melakukan periklanan di majalah atau situs fashion terkenal. Produk-produk lokal lebih banyak melakukan promosi dan periklanan di situs-situs dan majalah-majalah lokal. Hal ini membuat produk kosmetik Indonesia nyaris tidak pernah dilihat model-model di majalah fashion high-end memakai produk caring ataupun inez. Paling tidak hanya produk PAC yang terkadang digunakan oleh model-model di majalah fashion high-end.
Kedua produk kosmetik lokal lebih terlihat ngejreng, over kilap atau bahkan over shimmer yang membuat para penggunanya terlihat tidak sesuai untuk acara-acara santai karena penggunaan kosmetik yang memiliki shimmer finish hanya cocok untuk acara pada malam hari dan pesta. Bahkan terkadang pada produk lokal khususnya pada produk eyeshadow dan blush on yang memiliki over shimmer terlihat susah untuk di blend butuh beberapa kali usap untuk mengeluarkan warna dari produk tersebut.
Kemudian dari lini produk. Produk kosmetik Indonesia memiliki lini yang kurang lengkap, pada umumnya produk-produk lokal hanya menyediakan bedak (padat dan tabur), alas bedak, eyeshadow, eyebrow, lipstcik dan blush on. Koleksi terbesarnya adalah variasi eyeshadow. Jarang terlihat eyeliner terutama yang berupa eyeliner gel, luminous powder, sculpting powder atau cream, highlighter, atau concealer lokal yang berkualitas bagus. Kalaupun ada biasanya akan cepat luntur.
Keempat dari kemasannya yang terlihat kurang menarik, kurang mewah, dan kurang kuat. Dimana produk-produk kosmetik lokal kebanyakan memiliki kualitas kemasan yang terlalu polos, gampang pecah dan kurang kokoh. Bandingkan dengan produk kosmetik kemasan Maybelline New York yang menarik dan kuat. Brand kosmetik Indonesia yang saat ini merupakan brand kosmetik yang paling bagus adalah PAC, memiliki kemasan yang terlalu polos dan kemasannya yang kurang kuat yang sama sekali tidak mencerminkan brand kebanggan Sariayu.
Brand kosmetik lokal tidak menawarkan filosofi nilai yang menarik kepada konsumen. Clinique dan Bodyshop menawarkan nilai “alami” Maybelline dan Max Factor identik dengan “muda”, Kanebo dan SK II “Asia dan kembali ke alam”. Bandingkan dengan wardah “kosmetik halal” dan Sariayu “kecantikan khas Indonesia”. Kalaupun harganya sama, konsumen akan memilih produk internasional karena ada ikatan yang ditawarkan.
Keenam berhubungan dengan kualitas staying power brush aplikator dan sponge dimana kebanyakan konsumen mengeluhkan brush aplikator dan sponge dari produk kosmetik lokal yang memiliki ukuran yang kecil, kasar dan mudah rontok. Hal ini dikarenakan produk lokal lebih mengejar harga murah agar dapat menarik perhatian konsumen. Sangat berbeda dengan produk kosmetik lokal seperti naked palette yang memiliki brush aplikator yang bagus sangat mudah untuk membaurkan warna, lembut dan tidak rontok.
Ketujuh, Beauty Advisornya kurang berpengalaman. Beberapa depertment store yang menawarkan baik produk lokal maupun internasional yang menjadi saksinya. BA kosmetik dan skincare Internasional bisa menjelaskan dan mendemostrasikan keunggulan-keunggulan yang dimiliki produknya. Hanya BA Sariayu yang sanggup menyamai keunggulan mereka.
Delapan harga yang relatif murah karena mengejar volume penjualan. Dimana sebenarnya harga murah mengirimkan sinyal bahwa kualitas produk rendah hal inilah yang membuat produk lokal dihindari.
Produk lokal jarang melakukan repackaging musiman atau tahunan. Sejauh ini hanya Sariayu saja yang selalu melakukan pengemasan ulang terhadap produk-produknya setiap tahun. Padahal sebenarnya acara peluncuran kosmetik tahunan dapat menarik perhatian media untuk mempromosikan produk kosmetik lokal.
Kesimpulan menurut ekonomi bisnis internasional, seharusnya dan sebaiknya produk kosmetik lokal dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap produknya baik dengan cara promosi, iklan ataupun menjadi sponsor dari sebuah kegiatan. Meningkatkan kualitas produk dan jumlah lini sehingga membuat para konsumen memiliki banyak pilihan sesuai kondisi dan keadaan. Menigkatkan kualitas pada bagian packaging dengan bentuk dan corak yang lebih terlihat glamour dan ditambahkan aksen kaligrafi seperti produk Sariayu di setiap produknya agar menarik perhatian konsumen.
